Jumat, 17 Desember 2010

PAK MOO
TERNYATA?

Hari-hari seperti biasa. Di pagi hari yang agak mendung ini pagi-pagi sekali pukul 05.43 WIB Alea berangkat ke sekolah. Alea bersekolah di SMA Suka Damai yang jaraknya hanya 1km dari rumahnya. Dengan agak malas, Alea berjalan lambat menuju sekolahnya. Memang, tidak biasanya Alea berangkat pagi. Biasanya, Ia berangkat pukul 06.55 WIB dari rumah.
”Huh... kalau aja Minggu lalu aku nggak dimarahi Pak Joe mungkin pagi ini aku masih tidur” gerutunya.
Minggu lalu Alea dimarahi Pak Joe karena tidak mengerjakan PR dan tidak melaksanakan piket harian. Alea adalah anak yang pintar tapi, sayangnya dia bandel.
Sesampainya di sekolah, suasana masih sunyai senyap mungkin hanya ada 3-4 siswa dan terlihat Pak Moo sedang menyapu halaman sekolah dengan perlahan.
”Pagi Pak! ” sapa Alea.
Tapi Pak Moo tidak menjawab. Memang, Pak Moo terkenal galak di sekolah karena jarang bicara dan hanya mau bicara kalau ada perlu. Dengan wajah cemberut, Alea melanjutkan perjalananya menuju ke kelas. Di kelas, baru ada Dody dan Nina teman sekelas Alea yang juga mendapat giliran piket hari ini. Dody dan Nina terlihat baru menyapu lantai. Tiba-tiba Alea datang dan mengagetkan mereka berdua.
”Pagi Dod, pagi Nin?” sapa Alea. "Pagi.....!" seru keduanya.
”Tumben kamu berangkat pagian” kata Dody.
”Ya iyalah aku kan anak rajin, he ..he.. he” canda Alea. ”Kenapa wajahmu cemberut gitu?” tanya Nina kepada Alea.
”Itu tu Pak Moo masak aku sapa nggak njawab” jawabnya.
”Memang, Pak Moo orangnya begitu, udah ayo cepat kita ngebersihin kelas” kata Dody. Setelah menaruh tasnya, Alea beranjak mengambil sapu.
”Eh.... kamu ngelap kaca aja kan kalau nyapu udah hampir selesai” ujar Nina.
”Tapi, lapnya kok nggak ada?” tanya Alea.
”Kan kemarin lapnya diambil Pak Moo” sahut Dody.
”O... Iya ya... Kalau gitu ayo Nin temenin aku ambil lap” ajak Alea.
Mereka berdua beranjak meninggalkan kelas tapi, terdengar ada suara yang memanggil mereka berdua.
”Nin.... Lea... tunggu aku ikut” teriak Dody”.
”Ya udah ayao cepat” sahut Nina.
Dengan cepat Dody beranjak menghampiri Nina dan Alea. Sesampainya dihalaman sekolah, ternyata Pak Moo sudah tidak ada. Lalu mereka bertiga beranjak meninggalkan halaman sekolah dan menuju rumah Pak Moo yang ada di belakang sekolah. Rumahnya kecil dan sempit. Memang, rumah Pak Moo hanyalah rumah yang dibuatkan oleh sekolah. Dulunya, Pak Moo adalah seorang pemulung yang oleh Pak Sholeh selaku kepala sekolah ditawari untuk jadi tukang kebun. Mereka bertiga sampai di rumah Pak Moo.
”Tok.... Tok.... Tok” Dody mengetuk pintu.
Tapi tak ada jawaban sama sekali. Setelah mencoba beberapa kali, tetap tidak ada jawaban. Tapi, dari dalam terdengar suara orang batuk.
”Mungkin itu suara Pak Moo” kata Dody.
Mereka bertiga lalu masuk ke rumah Pak Moo tanpa izin. Dengan kaki perlahan mereka memasuki rumah. Terlihat Pak Moo sedang terbaring lemah di tempat tidur.
”Pak Moo maaf kami masuk ke rumah bapak tanpa izin” kata Nina.
”Ada apa kalian kesini?”.
”Sebenarnya kami hanya ingin mengambil lap kaca yang bapak ambil kemarin” jawab Alea.
”Pak Moo bapak sakit?” sahut Nina.
”Tidak, bapak cuma kecapekan dan karena bapak rindu dengan keluarga bapak”.
Tanpa sengaja terlontar kata-kata itu dari mulut Pak Moo.
”Emangnya keluarga Pak Moo kemana?” tanya Dody.
”15 tahun yang lalu rumah Pak Moo kebakaran dan semua keluarga bapak meninggal akibat musibah tersebut. Oleh karena itu, bapak menjadi pemulung. Semenjak kejadian itu, hidup bapak menjadi berubah. Bapak yang dahulu periang, kini menjadi pendiam. Bapak yang dahulu disenangi anak-anak kini menjadi orang yang terkesan ditakuti anak-anak bahkan terkesan galak” cerita Pak Moo, dengan berlinangan air mata.
Dody, Alea, dan Nina merasa iba dengan kisah sedih Pak Moo. Mereka bertigapun tak kuasa menahan air mata. Suasana menjadi haru.
”Pak, kalau begitu kita minta maaf atas sikap kita selama ini yang selalu menilai bapak adalah orang yang galak” kata Nina.
”Iya tidak apa-apa Nak, maaf ya Nak bapak menceritakan hal ini kepada kalian” kata Pak Moo.
”Tidak apa-apa Pak, kita siap menjadi keluarga bapak agar bapak tidak sedih lagi” ujar Alea.
”Terimakasih ya Nak, kalian memang anak yang baik” ujar Pak Moo.
”Pak, kalau gitu kita pamit kembali ke kelas ya Pak!” sahut Dody.
”Bapak istirahat aja biar cepat sembuh” kata Nina.
”Ayo kita kembali ke kelas” ajak Alea kepada Dody dan Nina.
”Misi, Pak kita kembali ke kelas dulu ya Pak!” kata Alea.
”Ya... Nak” jawab Pak Moo.
Ketiganya beranjak keluar.
”O... ternyata sikap Pak Moo selama ini karena beliau kesepian dan tidak ada kasih sayang dari keluarganya” ujar Dody.
”Padahal di usia senja ini Pak Moo sangat butuh yang namanya keluarga yang bisa merawat danmenjaga beliau” tambah Alea.
”Iya, jadi kita jangan mengira Pak Moo itu jahat dan galak justru kita harus dekat dengan Pak Moo” sahut Nina.
”Kalau gitu aku gak akan sinis lagi deh sama Pak Moo” ujar Alea.
”Iya, aku juga” sahut Dody dan Nina.
”Ya udah, ayo kita kembali ke kelas” ajak Dody.
”Ayo” sahut Nina dan Alea.
Mereka beranjak menuju kelas dengan langkah perlahan.

1 komentar:

  1. Maaf, alau jelek..
    itu dibuat waktu SMP..jadi ya masih tulisan anak SMP...

    BalasHapus